Mikrotv.ID, Jakarta – Keluarga dari 346 korban yang tewas dalam dua kecelakaan pesawat Boeing 737 Max akan menghadiri sidang pengadilan pada hari Jumat.
Mereka berharap pengacara mereka dapat meyakinkan hakim federal untuk membatalkan perjanjian pembelaan yang dibuat Boeing dengan jaksa federal.
Keluarga korban menginginkan pemerintah untuk mengadili Boeing secara penuh, yang dapat mengarah pada hukuman lebih berat.
Sebelumnya, Boeing telah setuju untuk mengaku bersalah atas satu tuduhan konspirasi penipuan terkait perolehan persetujuan regulasi untuk 737 Max pada bulan Juli.
Kesepakatan ini mengharuskan Boeing membayar denda dan menjalani masa percobaan.
Seperti dilansir dari Fortune.com yang mengutip dari The Associate Press, keluarga korban menyebut kesepakatan tersebut sebagai “dangkal” dan tidak adil, karena tidak mempertimbangkan nyawa yang hilang dalam kecelakaan tragis tersebut.
Erin Applebaum, pengacara yang mewakili beberapa keluarga korban, mengatakan bahwa keluarga berhak atas keadilan yang lebih transparan dan penuh pertanggungjawaban dari Boeing.
Sementara itu, pengacara pemerintah dan perusahaan berusaha membela kesepakatan tersebut dalam nota pengadilan.
Hakim Pengadilan Distrik AS Reed O’Connor akan mendengarkan argumen dari kedua belah pihak selama sidang di Fort Worth, Texas.
Jika hakim menerima pengakuan bersalah dari Boeing, ia harus menyetujui hukuman yang sudah disepakati, tanpa bisa mengubah hukuman tersebut.
Tidak ada kepastian kapan keputusan akhir akan diambil oleh hakim.
Kasus ini bermula dari tuduhan bahwa Boeing menyesatkan regulator penerbangan untuk menghindari kewajiban pelatihan simulator bagi pilot Boeing 737 Max, yang dapat meningkatkan biaya operasional bagi maskapai penerbangan.
Jaksa berpendapat bahwa konspirasi untuk menipu regulator adalah tuduhan paling serius yang bisa mereka buktikan, meskipun mereka tidak bisa membuktikan bahwa tindakan Boeing secara langsung menyebabkan kecelakaan pada 2018 di Indonesia dan 2019 di Ethiopia.
Sesuai dengan perjanjian, Boeing diwajibkan membayar denda lebih dari $243 juta, menginvestasikan $455 juta dalam program kepatuhan dan keselamatan, serta menjalani masa percobaan selama tiga tahun.***